Oleh : Fredi M. Ulemlem, S.H., M.H.
JURNALMALUKU-Para kandidat yang kampanye di pilkada 2024, dituntut untuk menawarkan ide dan gagasan yang jelas. Penyampaian visi, misi, dan program, masyarakat tidak gubris jika isinya masih bersifat profokasi, bahkan menyebarkan hoax, fitnah dan ujaran kebencian.
Masyarakat telah memiliki kriteria yang salah satunya menyasar kapasitas, kemampuan, dan kompetensi bakal calon atas permasalahan di daerah yang akan dipimpin. Masyarakat menuntut ide dan gagasan yang deskriptif serta spesifik untuk menjadi gambaran terkait solusi berbagai permasalahan.
Masyarakat Maluku Barat Daya jangan pilih Paslon yang kampanye jatuhkan lawan politik, sebarkan berita hoax, fitnah, dan menyebarkan ujaran kebencian bahkan kampanye merusak pikiran masyarakat.
Pilkada adalah momentum bagi para kandidat untuk saling adu ide dan gagasan. Pilkada juga adalah kesempatan bagi para kandidat untuk sosialisasi diri dan program yang nanti dilaksanakan jika terpilih.
Dari momentum pilkada ini masyarakat berhak mendapatkan pendidikan politik yang baik dari kandidat dan tim sukses yang melakukan kampanye. Sebab selama ini yang terjadi adalah kandidat tertentu dan tim suksesnya berusaha merusak pikiran masyarakat dengan berita hoax, ujaran kebencian dan lain-lain.
Perlu masyarakat Maluku Barat Daya tahu bahwa demokrasi harus berjalan dengan riang gembira, tidak boleh marah-marah, tidak boleh jelekkan orang lain, tidak boleh serang pribadi orang lain, tidak boleh ujaran kebencian. Mereka yang suka kampanye hal-hal diluar nilai agama dan budaya adalah mereka yang tidak punya visi dan misi bagi daerah ini kedepan.
Kita harus lawan mereka yang hanya datang dengan visi yang tidak jelas, misi yang tidak jelas bagi daerah ini, sebab mereka hanya mencari kekuasaan dan jabatan tanpa punya visi dan misi yang jelas bagi daerah ini. Ketulusan hati dari mereka untuk membangun daerah ini sama sekali tidak ada, sebenarnya mereka hanya mencari kekuasaan dan jabatan bukan bangun daerah.
Gambaran dari mereka sudah jelas, penuh dendam, penuh amarah, penuh dengan ketamakan, kerakusan dan haus akan kekuasaan, suka emosional akan hal-hal yang tidak substansi dengan pembangunan Maluku Barat Daya lima tahun kedepan.
Merasa diri paling benar, merasa diri paling suci bersih, merasa diri paling hebat, merasa diri paling lebih luar biasa dari orang lain, ini adalah contoh orang-orang yang tidak memiliki nilai-nilai budaya dan agama.
Mereka krisis moral dan etika komonikasi dalam berkampanye, mereka krisis intelektual, mereka krisis ide dan gagasan, peradaban politik mereka rendah, mereka tidak jauh beda dengan hewan yang tidak punya naluri.(JM.Redaksi).