JURNALMALUKU – Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) tancap gas. Di bawah kendali dr. Edwin Tomasoa, instansi ini bergerak cepat menekan angka kematian ibu dan anak, terutama di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.
Tiga puskesmas menjadi titik awal intervensi: Puskesmas Larat (Kecamatan Tanimbar Utara), Puskesmas Romean (Kecamatan Fordata), dan Puskesmas Seira (Kecamatan Wermaktian). Tiga lokasi ini dipilih bukan tanpa alasan. Akses yang terbatas dan tingginya risiko kesehatan ibu dan anak membuatnya masuk kategori prioritas.
“Kita tidak punya waktu untuk menunggu. Setiap nyawa ibu dan anak itu sangat berharga. Karena itu, kami harus ambil tindakan cepat, langsung ke lapangan,” tegas Tomasoa kepada jurnalmaluku.com, Selasa (28/5/2025).
Gerak cepat ini tak hanya soal pelayanan medis. Dinkes juga memperkuat lini terdepan: kader-kader posyandu di desa. Melalui pembinaan intensif, para kader dibekali keterampilan deteksi dini risiko kehamilan, edukasi gizi, hingga pemantauan tumbuh kembang balita.
“Program ini akan jadi model untuk seluruh puskesmas di KKT. Ke depan, pembekalan kader akan digelar rutin dan menyeluruh,”lanjut Tomasoa.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Otis Laiyan, pun ikut turun langsung. Ia menegaskan pentingnya peran kader sebagai ujung tombak layanan dasar di tengah keterbatasan tenaga medis.
“Kita tak bisa hanya andalkan dokter dan bidan. Kader adalah kunci. Karena itu, pendekatan promotif dan preventif harus diperkuat lewat mereka,”ujar Laiyan.
Respons masyarakat Positif. Warga menyambut baik kehadiran langsung tim Dinkes. Mereka berharap langkah ini terus berlanjut dan benar-benar berdampak pada penurunan angka kematian ibu dan bayi, khususnya di pelosok-pelosok pulau.(JM.ES).