JURNALMALUKU – Bupati Kepulauan Tanimbar, Ricky Jauwerissa, menyerukan peran strategis Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) sebagai garda terdepan dalam melawan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Bumi Duan Lolat. Seruan itu disampaikan dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Penjabat Sekda Brampi Moriolkosu pada peringatan HUT ke-101 Pelindung WKRI, Santa Anna, di Saumlaki, Jumat (25/7/2025).
Dalam sambutannya, Jauwerissa menyampaikan apresiasi atas kontribusi WKRI dalam membangun sendi sosial dan spiritual masyarakat Tanimbar. Ia menegaskan bahwa WKRI bukan sekadar organisasi keagamaan, melainkan mitra penting pemerintah dalam membina keluarga dan membentuk karakter generasi penerus.

“WKRI adalah penjaga nilai moral keluarga, agen pembentuk karakter, dan mitra strategis dalam pembangunan sosial,” kata Jauwerissa.
Bupati menyoroti fakta meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak secara nasional dan lokal. Data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) mencatat 13.845 kasus kekerasan per 28 Juni 2025, mayoritas berupa kekerasan seksual. Banyak pelakunya justru berasal dari lingkungan terdekat korban.
Di Tanimbar, menurutnya, lonjakan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak makin mengkhawatirkan.

“Pada 2023, dari 220 laporan polisi, 92 di antaranya berkaitan langsung dengan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dan ini belum termasuk kasus yang tak dilaporkan karena takut atau malu,” ungkap Jauwerissa.
Ia menegaskan, Pemkab Tanimbar berkomitmen memperkuat kebijakan perlindungan, namun diperlukan dukungan nyata dari masyarakat sipil, khususnya organisasi perempuan seperti WKRI.
“Saya mengajak WKRI untuk menjadi mata, telinga, dan hati yang peka terhadap suara-suara yang tak terdengar. Mari ciptakan ruang aman dan lakukan pendampingan nyata bagi para korban,” seru Bupati.

Sementara itu, Wakil Bupati Kepulauan Tanimbar, dr. Juliana Ch. Ratuanak, yang juga Ketua WKRI Wilayah KKT dan MBD, mengajak seluruh anggota WKRI untuk menyiapkan diri menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Peningkatan kualitas SDM, khususnya perempuan dan anak, adalah kunci. WKRI harus terus ambil bagian dalam pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi,” ujar Ratuanak.
Ia mengingatkan bahwa perayaan HUT Pelindung WKRI bukan sekadar seremoni, tetapi momentum refleksi atas perjalanan panjang organisasi ini dalam pelayanan umat dan masyarakat.
“WKRI harus meneladani semangat Santa Anna dalam keteguhan iman, pelayanan sosial, dan cinta kasih,” imbuhnya.
Wabup juga mengaitkan perayaan ini dengan momentum Tahun Yubileum Gereja Katolik. Ia mendorong WKRI untuk memaknai momen tersebut melalui aksi nyata yang menyentuh masyarakat, termasuk ziarah rohani ke Porta Sancta.
“Kontribusi WKRI nyata bagi gereja, keluarga, dan pembangunan daerah,” tegasnya.
Suasana haru menyelimuti akhir acara ketika Wabup Juliana membacakan puisi reflektif berjudul Perempuan Berselendang Biru.” Puisi itu menjadi simbol perjuangan perempuan dalam diam, tentang kekuatan di balik kelembutan, serta harapan untuk terus bertumbuh di tengah keterbatasan.
“Kau bukan hanya penghuni dapur dan penjaga sumur. Kau adalah cahaya. Kau adalah kekuatan. Teruslah tumbuh, karena kau tangguh,”petik salah satu bait puisi tersebut.
Pesan dalam puisi itu menjadi penegasan bahwa perempuan, termasuk anggota WKRI, punya peran vital dalam membentuk masa depan bangsa dan daerah.
Perayaan ini turut dihadiri Wakil Bupati sekaligus Koordinator Wilayah WKRI, pimpinan OPD, tokoh agama lintas iman, para pengurus organisasi perempuan, pelajar, serta anggota dan simpatisan WKRI se-Kabupaten Kepulauan Tanimbar.(JM.ES).