JURNALMALUKU– DPP Hena Hetu menegaskan bahwa pernyataan Ali Slamat, Raja Hitu Mesing sekaligus Ketua Majelis Latupati Jazirah, terkait tudingan terhadap organisasi Hena Hetu adalah pembohongan publik dan menyesatkan, (26/11/2025). Ali Slamat mungkin tak paham Sejarah lahirnya Hena Hetu, mungkin juga tak paham organisasi.
Ketua DPP Hena Hetu, Saleh Hurasan, menekankan bahwa Hena Hetu adalah organisasi resmi dan sah secara hukum, dengan AD/ART yang telah disahkan melalui SK Kemenkumham. “Jangan sampai publik disesatkan. Hena Hetu berdiri di atas landasan hukum yang jelas,” tegasnya.
DPP Hena Hetu juga mengakui pernah terjadi dualisme kepemimpinan. Namun, hal itu justru diprakarsai oleh Ali Slamat dan kelompoknya sendiri. Mereka memilih Jais Ely sebagai Ketua dan mengangkat Murad Ismail sebagai Upu Nunu menggantikan Karel Ralahalu. Ali Slamat diduga menjadi salah satu pihak yang terlibat dalam dualisme tersebut, yang memicu perpecahan di dalam organisasi. Ali Slamat diduga juga menjadi bagian dari dualisme Hetu Upu Ana yang terjadi sekarang. “Fakta sejarah ini tidak bisa diputarbalikkan. Mereka yang menciptakan dualisme, bukan kami,” ujar Saleh.
Menanggapi tudingan bahwa Hena Hetu menghapus kewenangan Raja, Saleh menegaskan hal itu tidak benar. Dalam Pasal 13 Anggaran Dasar Hena Hetu, posisi Raja tetap tercantum dan dihormati. “Secara organisatoris Hena Hetu independen, tapi tetap menghormati para Raja. Sebelum penyatuan oleh Gubernur Maluku, kami sudah bersilaturahmi dengan seluruh Raja se-Jazirah Leihitu. Hampir semua mendukung langkah gubernur, hanya Raja Assilulu yang menolak. Ali Slamat sendiri mendukung, tapi selalu menghindar ketika kami ingin bertemu,” jelasnya.
DPP Hena Hetu juga menepis tudingan bahwa organisasi tidak hadir dalam konflik sosial. Saleh menegaskan, Hena Hetu selalu turun tangan memediasi konflik di Jazirah. Yang terbaru konflik Tial Vs Tulehu Hena Hetu hadir memediasi kedua belah pihak “Sekarang kami balik bertanya, apa peran Organisasi Majelis Latupati? Misalnya konflik Hitu-Wakal, Raja Wakal dan Raja Hitu Mesing bisa duduk bersama dalam forum Latupati, tapi konflik tak kunjung selesai. Seharusnya organisasi majelis Latupati jadi garda terdepan, bukan sibuk bikin ormas baru yang justru memecah belah,” sindirnya.
Saleh menilai, langkah Ali Slamat dan kelompoknya hanya menambah kegaduhan. “Dulu mereka bikin Hena Hetu versi Jais Ely, melawan alm Edwin Huwae dan gagal. Lalu bikin Hetu Jasirah. Kalau gagal lagi, entah mereka akan bikin apa lagi. Kerjanya hanya buat gaduh dan perpecahan. Ali Slamat diduga juga menjadi bagian dari dualisme Hetu Upu Ana yang terjadi sekarang. Tapi kami sadar, tidak semua Raja terlibat. Hanya segelintir oknum yang punya kepentingan dan memanfaatkan kelemahan Raja lain,” pungkas Saleh (JM-RED)

