JURNALMALUKU – Di tengah suhu sosial yang memanas akibat konflik antarwarga Desa Lingat dan Desa Kandar, Bupati Kepulauan Tanimbar, Ricky Jauwerissa menunjukkan kepemimpinan yang empatik dengan terjun langsung ke lokasi konflik di Kecamatan Selaru, pada Rabu (30/4/2025).
Dalam kunjungan tersebut, Bupati menyampaikan pesan damai sekaligus membuka ruang dialog untuk memulihkan kepercayaan dan ikatan kekeluargaan antarwarga dua desa bertetangga itu.

Dampak dari bentrokan belum lama ini begitu terasa satu korban jiwa, luka sosial yang dalam, dan ketegangan yang masih menggelayuti kehidupan sehari-hari masyarakat. Kunjungan ini, Bupati didampingi Kapolres Kepulauan Tanimbar AKBP Umar Wijaya, Pj. Sekda Brampy Moriolkosu, serta unsur TNI, Polri, dan aparat pemerintah daerah lainnya.
Kunjungan dimulai di rumah duka keluarga almarhum Sergi Nuswarat di Desa Lingat. Di hadapan warga yang masih dirundung duka, Bupati menyampaikan belasungkawa dan menawarkan bantuan pendidikan bagi anak almarhum sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Daerah dan Negara.

“Saya tidak hadir di panen raya bukan karena provokasi seperti yang dituduhkan di Facebook. Speed boat saya terbakar. Tolong, jangan percaya hoaks yang justru menabur api di tengah luka,” tegas Jauwerissa.
Dirinya pun menekankan pentingnya memusnahkan senjata tajam yang masih beredar di masyarakat sebagai simbol berhentinya siklus kekerasan.
“Kita bukan hidup di zaman batu. Tidak ada lagi ruang untuk balas dendam. Yang ada hanya ruang untuk memulihkan,”lantang Bupati.
Dalam kesempatan yang sama, Kapolres AKBP Umar Wijaya menyerukan kepada seluruh warga agar tidak lagi melakukan penyerangan atau tindakan balasan.
“Kalau ada masalah, sampaikan ke aparat. Jangan ambil keputusan sendiri. Setiap nyawa yang hilang karena main hakim sendiri adalah kegagalan kita bersama sebagai bangsa beradab,” kata Umar.
Kapolres juga menegaskan akan mengambil langkah hukum bila ditemukan senjata tajam atau tindakan provokatif lainnya.

Dari Lingat, rombongan melanjutkan perjalanan ke Desa Kandar. Di sini, pesan damai kembali ditegaskan. Bupati mengingatkan bahwa tidak ada kemenangan dalam konflik saudara.
“Tanaman bisa tumbuh kembali, tapi nyawa tidak. Kita bisa bangun rumah, tapi tidak bisa membangkitkan orang mati. Jadi, untuk apa berperang,”ucap Bupati.
Dirinya juga menyerukan kembali pada nilai-nilai adat Duan Lolat yang menjunjung tinggi perdamaian melalui musyawarah dan simbol budaya seperti kain tenun dan siri pinang.
Kapolres Umar menambahkan, “Sekarang bukan zamannya perang fisik, tapi perang kemajuan. Mari kita bersaing di pendidikan, ekonomi, dan teknologi.”
Kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah pernyataan sikap bahwa pemerintah hadir, peduli, dan mengambil tanggung jawab dalam meredam konflik. Bahwa warga Duan Lolat dipanggil untuk kembali ke meja adat, bukan ke medan konflik.
Bupati Ricky menutup pesannya dengan komitmen, “Saya akan kembali ke sini. Kita akan duduk bersama, semua pihak. Kita akan temukan jalan damai yang adil bagi semua.”
Kunjungan yang berakhir pukul 14.45 WIT ini berjalan aman dan lancar. Tapi tantangan sesungguhnya baru dimulai: merawat perdamaian lebih sulit dari meredakan konflik. Namun jika dimulai dengan niat tulus dan langkah konkret, jalan itu bukan mustahil.(JM.ES).