JURNALMALUKU—Seorang guru berinisial BEF mengaku menjadi korban dugaan pemukulan oleh dua siswa di SMA Negeri 18 Maluku Barat Daya (MBD). Insiden ini terjadi pada Senin, 10 November 2025, sekitar pukul 08.42 WIT di ruang kelas XII, Desa Bebar Timur, Kecamatan Damer.
Dalam keterangannya kepada wartawan Media ini, Sabtu (6/12/2025), BEF menjelaskan bahwa peristiwa itu terjadi saat dirinya selesai mengajar mata pelajaran Sejarah. Dua siswa bernama Ariel Selkioma dan Marthen Adrin Rumpopy tiba-tiba masuk ke kelas dan diduga melakukan tindakan pemukulan.
Menurut BEF, insiden tersebut diduga dipicu oleh pengungkapan informasi terkait dugaan hubungan terlarang antara salah satu siswa—Marthen Rumpopy—dengan wali kelasnya, Bethi Lopulalan, S.Pd., Gr, yang juga menjabat sebagai Plh. Kepala Sekolah.
“Saya menduga tindakan pemukulan dilakukan atas perintah pihak tertentu. Laporan sudah saya sampaikan dan kini sedang ditangani Polsek Damer,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa laporan tersebut dibuat berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta MOU Mendikdasmen–Kapolri mengenai perlindungan profesi pendidik.
Dalam pernyataannya, BEF meminta Gubernur Maluku, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Maluku, serta Inspektorat untuk segera turun tangan melakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk pemeriksaan kejiwaan terhadap oknum guru yang diduga terlibat.
Ia juga mendesak agar proses penegakan disiplin ASN, termasuk kemungkinan pemecatan, dilakukan apabila dugaan pelanggaran terbukti.
BEF mengaku sudah menyampaikan laporan secara lisan kepada Cabang Dinas Pendidikan di Kota Tiakur, namun respons dinilai belum maksimal.
Dalam wawancara yang sama, BEF juga membeberkan berbagai persoalan lain di lingkungan SMA Negeri 18 MBD. Menurutnya, selama dua tahun terakhir sekolah itu dirundung berbagai masalah, mulai dari:
Dugaan hubungan terlarang guru dan murid, persoalan keuangan sekolah, murid yang hamil di usia sekolah, kekerasan antar siswa, hingga administrasi yang tidak tertata.
Kondisi ini, menurut BEF, tak lepas dari lemahnya kepemimpinan PLT Kepala Sekolah Jemi Yonathan Romode, S.Pd., yang sejak dilantik pada November 2023 disebut tidak menjalankan tugas karena alasan kesehatan, namun masih mengatur kebijakan sekolah dari luar.
“Bagaimana mungkin seseorang yang sakit hampir tiga tahun tetap mengendalikan kebijakan sekolah? Akibatnya, masalah demi masalah muncul dan merusak tata kelola pendidikan,” tegasnya.
BEF mengatakan bahwa para guru dan orang tua murid berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan SMA Negeri 18 MBD dari berbagai persoalan yang disebut telah mencoreng dunia pendidikan.
“Guru seharusnya menjadi teladan. Jika ada oknum yang justru melanggar etika dengan menjalin hubungan dengan siswanya, maka masa depan pendidikan terancam. Kami hanya ingin sekolah ini dibenahi,” pungkasnya.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak sekolah dan instansi terkait belum memberikan keterangan resmi. (JM–AL).

