Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Ambon menciptakan perluasan kesempatan kerja ke luar kota bahkan keluar negeri.
Hal ini dilakukan sebagai langkah strategis dalam upaya mengurangi tingkat pengangguran dimana data pencari kerja terdaftar Ambon Tahun 2022 berjumlah 1412 orang, hanya turun sedikit dibanding tahun 2021 sebesar 4126 orang. Angka itu, tentu tidak sebanding dengan jumlah lowongan yang tersedia.
“Peluang bekerja di Kota Ambon relatif sedikit, selain karena memang jumlah pengusaha yang sedikit juga karena banyaknya pengusaha yang belum pulih ditempa badai pandemi COVID-19,”ungkap Kepala Disnaker Ambon, Stiven Patty, Jumat (5/8/2022)
Dirinya menjelaskan, bekerja sama dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Disnaker Ambon memfasilitasi salah seorang calon pekerja migran untuk dipekerjakan di Jerman sebagai perawat (nurse) dengan skema Government to Government (G to G)
“Semoga dengan keberhasilan program ini dapat menjadi motivasi bagi pencari kerja lain, khususnya alumni keperawatan dan kebidanan,”timpalnya.
Patty mengakui, banyak permintaan Pekerja Migran Indonesia (PMI) untuk ditempatkan di luar negeri, dengan keahlian khusus seperti tenaga Perawat (nurse), Bidan, Waiters, Barista, Maintanance Hotel, dan Fisherman utuk dipekerjakan di Arab Saudi, Jerman, Jepang dan Taiwan.
“Hingga pertengahan bulan Agustus 2022 ini, telah ada 9 (sembilan) orang yang difasilitasi. Apabila saat ini belum sempat mendaftar, maka ke depan masih terbuka kesempatan. Untuk itu, para pencari kerja yang berminat rajin-rajinlah mengulik informasi pada website resmi BP2MI, ataupun melalui Disnaker Ambon yang berada di Passo”ujarnya.
Selain dengan BP2MI, Disnaker juga menjajaki penempatan tenaga kerja oleh salah satu Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) yang resmi dan terdaftar pada BP2MI, yaitu PT. Amil Fajar International (AFI).
Perusahaan ini, lanjut Patty, siap menampung dan menyalurkan tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di berbagai negara dengan spesifikasi keahlian Perawat (Nurse), Bidan, Barista, dan Teknisi.
Direktur PT AFI sendiri telah bertemu dengan berbagai Alumnus Sekolah Keperawatan yang ada di Kota Ambon, seperti Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Maluku Husada Ambon, STIKES Pasapua Ambon dan STIKES Prof. Dr. A.J Latumeten.Dalam pertemuan yang difasilitasi Dinas, Direktur PT.AFI menyatakan pihaknya siap menampung dan memberangkatkan sebanyak mungkin Calon PMI asal Kota Ambon yang berminat bekerja di Arab Saudi, Jerman, New Zealand dan negara-negara lainnya.
Namun Kualitas Sumber Daya Manusia, khususnya penguasaan bahasa, menjadi catatan penting keberhasilan program ini.
Selain melalui BP2MI maupun P3MI, secara mandiri Dinsaker juga sementara melaksanakan pelatihan terhadap 15 tenaga kesehatan sebagai perawat pendamping lansia untuk ditempatkan di Australia, melalui skema kerjasama dengan Global Labour Solusions (GLS) salah satu pengerah penempatan tenaga kerja yang berbasis di Australia,”tuturnya.
Sementara itu, terkait fenomena banyaknya tenaga kerja indonesia yang terdampar dan diperlakukan dengan tidak manusiawi di Luar Negeri, sebagaimana terjadi saat ini di Kamboja, Patty berharap Masyarakat Kota Ambon untuk tidak mudah percaya dengan bujuk rayu calo dengan iming – iming gaji yang besar.
“Kuncinya, Teliti Sebelum Menyetujui. Teliti dulu apakah pekerjaan dan juga perusahaan pengerah itu benar-benar ada, legal, dan berada di bawah pengendalian BP2MI. Guna memastikan, dapat berkoordinasi dengan Disnaker,”terangnya.
Selanjutnya mengenai pembiayaan yang dirasa berat bila melalui jalur resmi, dirinya dapat memaklumi.
“Dulu bila melalui jalur resmi, pembiayaannya dirasa memberatkan, karena pengurusan lewat Makassar atau Jakarta, dimana harus mengeluarkan dana untuk transportasi dan akomodasi Namun sekarang, tidak lagi, karena semua sudah bisa diurus secara daring dari Kota Ambon,”katanya.
Dirinya menandaskan, Ambon telah menjadi salah satu Focal Point bagi BP2MI dalam hal penempatan PMI di Luar Negeri. Ini berarti Calon PMI tak lagi melakukan pengurusan di Makassar atau di Jawa yang tentunya membutuhkan biaya dan tenaga yang besar.
“Dalam proses pengurusan Calon PMI, Biaya yang paling besar saat ini adalah biaya keberangkatan, pasport, visa dan biaya hidup bulan-bulan pertama. Sebenarnya biaya-biaya ini dapat ditutupi dengan 1 atau 2 bulan gaji, karena memang bekerja di luar negeri gajinya lebih besar. Namun karena harus di bayar sebelum mendapat gaji, maka dirasa besar dan memberatkan. Solusinya dapat diatasi dengan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Negara Indonesia (BNI),”tutup Patty.