JURNALMALUKU-Hadiri Panas Pela sekaligus meresmikan Baileo Negeri/Desa Hative Kecil, Pejabat (Pj) Wali Kota Ambon, Bodewin M Wattimena menegaskan adat istiadat yang merupakan harta warisan budaya harus dijaga secara turun temurun.
Acara adat Panas Pela yang diselenggarakan oleh para pemangku adat Negeri Hative Kecil melibatkan lima Negeri/Desa yakni Hative Kecil, Hative Besar, Hitu Mesing, Galala dan Haria. Selain Haria yang terletak di Pulau Saparua, keempat negeri lainnya berada di Pulau Ambon.
Pj. Walikota Ambon, Bodewin M Wattimena dalam sambutannya menjelaskan, panas pela sendiri merupakan tradisi adat di Maluku yang diselenggarakan oleh negeri-negeri yang telah mengangkat sumpah dan ikrar sebagai saudara, dalam ritual adat tersebut, desa-desa yang menjadi saudara itu diingatkan akan hubungan persaudaraan di antara mereka yang telah dibangun oleh para leluhur.
“Hubungan persaudaraan itu, harus dijaga dan dilestarikan oleh anak cucu. Ini adalah adat istiadat, budaya. Oleh karena itu kita yang ada hari ini, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga tatanan budaya adat istiadat yang telah diwariskan kepada kita untuk dijaga,”terang Wattimena di Negeri Hative Kecil, Kota Ambon, Kamis ( 27/07/2023).
Wattimena mengatakan, jika negeri-negeri mau eksis, maka para warganya mesti menghargai adat. Tidak boleh ada satu yang merasa lebih dari yang lain.
“Karena negeri ini dibangun atas kesepakatan bersama. Saling pengertian di antara satu dengan yang lain, karena itu kita diwariskan budaya yang kita kenal dengan pela dan gandong yang merupakan perekat kuat antara negeri-negeri adat di Maluku,” jelas Wattimena.
Hari ini, kata Wattimena, kita saksikan bahwa apa yang diwariskan itu, masih terus dijaga oleh kelima negeri saat ini, sehingga kita menghargai apa yang sudah dilakukan oleh leluhur kita. Bukan hal biasa, tapi inilah cara kita untuk tetap menjaga, melestarikan adat istiadat budaya yang sudah dirancang susah-susah oleh pendahulu kita.
Pj. Walikota Ambon juga menjelaskan, panas pela tersebut merupakan ritual peringatan peristiwa tumpah darah pada masa lampau, peringatan ini mengingatkan perjuangan suatu negeri yang membantu negeri lain saat peperangan.
Pada masa lampau, angkat Pela sering dilakukan oleh negeri-negeri di Maluku usai melakukan peperangan melawan penjajah, dari zaman kolonialisme bangsa Portugis hingga Belanda.
“Dalam melawan penjajah, kerajaan-kerajaan kecil dari negeri-negeri adat di Maluku berperang selama bertahun-tahun, bila suatu negeri yang diserang penjajah sedang berperang, negeri lain akan datang membantu. Kendati akhirnya menang, namun ribuan nyawa para pahlawan telah hilang. Para pemimpin dari negeri-negeri yang saling membantu itu kemudian mengangkat sumpah dan ikrar sebagai saudara,” tutur Wattimena.
Dirinya berharap, proses adat istiadat terus dilestarikan demi memotivasi semua orang akan semangat perjuangan.
“Minimal kita termotivasi untuk tetap memiliki rasa yang sama untuk menjaga kota, karena kota ini dibangun dengan perjuangan para leluhur. Tidak ada satupun dari kita yang berhak merusaknya. Tidak ada satupun dari kita yang bisa mengacaukan hubungan persaudaraan yang sudah terbangun di negeri raja-raja di Kota Ambon ini,”harapnya.
Dirinya juga mengucapkan, terima kasih dan apresiasi atas terselenggaranya Panas Pela dan Peresmian Baileo Hative Kecil.
“Tugas kita hanya memastikan kota ini aman, damai, nyaman untuk kita beraktivitas dan berusaha, karena dengan cara ini kita bisa melihat kota ini maju ke depan,”tutupnya.
Sementara itu, Raja Hative Kecil Josias J. Muriany mengatakan, sangat berterimakasih dengan banyak topangan bapak ibu semua, Baileo yang ada di hadapan siap diresmikan.
“Terima kasih banyak atas nama Pemerintah Negeri Hative Kecil kepada Pemerintah Kota Ambon dan seluruh bapak ibu yang tidak bisa disebutkan satu per satu,”pungkasnya.(JM.ES).