JURNALMALUKU–Perkembangan teknologi yang kian pesat menuntut dunia pendidikan bergerak cepat mengikuti arus digitalisasi. Kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence/AI) kini menjadi salah satu teknologi paling berpengaruh dalam pembelajaran modern, mulai dari penyusunan materi ajar, penilaian otomatis, hingga pembuatan media interaktif. Menjawab kebutuhan itu, Masyarakat Antifitnah Indonesia (MAFINDO) Maluku berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Ambon dan Kwartir Cabang (Kwarcab) Pramuka menggelar pelatihan literasi AI bagi guru.
Pelatihan yang berlangsung di Balai Kota Ambon, Kamis (4/12/25), diikuti ratusan peserta mulai dari guru PAUD hingga SMA sederajat, pembina Pramuka, serta staf Dinas Kominfo Sandi Kota Ambon. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat kompetensi sumber daya manusia dalam mendukung pembangunan Ambon menuju kota pintar.
Asisten I Pemerintah Kota Ambon, Edwin Pattikawa, mewakili Wali Kota Ambon, menegaskan bahwa inisiatif MAFINDO sejalan dengan visi Ambon Smart City. Ia menekankan bahwa pembangunan kota pintar tidak hanya berfokus pada infrastruktur digital, tetapi juga pada peningkatan kualitas SDM.
“Ambon Smart City bukan sekadar membangun sistem digital. Yang terpenting adalah masyarakatnya harus adaptif, cerdas, dan mampu menggunakan teknologi secara bijak,” kata Pattikawa.
Ia menambahkan, guru memiliki peran strategis dalam membentuk kecakapan digital generasi muda, sehingga peningkatan literasi AI menjadi langkah penting yang tidak bisa ditunda.
Koordinator MAFINDO Maluku, R. Leikawa, menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari program nasional AI Goes to School (AIGTS) yang digelar serentak di 44 kota sepanjang tahun 2025. Program ini dirancang untuk membekali guru dengan kemampuan memahami, menggunakan, sekaligus mengawasi pemanfaatan AI di sekolah.
“Kami berterima kasih atas dukungan Pemkot Ambon dan Kwarcab Pramuka. Sebelumnya MAFINDO Maluku juga telah bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Maluku, dan kami berharap kolaborasi ini terus berlanjut melalui program-program inovatif lainnya,” ujar Leikawa.
Materi pelatihan mencakup pengenalan dasar kerja AI, penggunaan aplikasi untuk menyusun RPP, presentasi otomatis, pembuatan soal, hingga teknik mendeteksi keaslian karya siswa di era penggunaan mesin AI. Peserta juga dibekali pengetahuan tentang etika penggunaan teknologi digital untuk mencegah plagiarisme dan penyebaran disinformasi.
Sesi praktik menjadi bagian paling menarik, di mana peserta diajarkan cara memverifikasi informasi, menggunakan fitur AI secara aman, sekaligus membedakan konten asli dan konten manipulasi digital seperti deepfake.
Keterlibatan Kwarcab Pramuka Kota Ambon turut memperkuat jangkauan literasi digital ke sektor nonformal. Sebagai organisasi pembentuk karakter, Pramuka diharapkan mampu menjadi agen penyebar pemahaman AI kepada anggota di gugus depan masing-masing.
Pramuka saat ini tidak hanya membina kedisiplinan, tetapi juga dituntut membina kecakapan digital generasi muda. Melalui kolaborasi ini, literasi AI diharapkan tidak berhenti di ruang kelas, tetapi juga hadir dalam kegiatan kepanduan dan komunitas pemuda.
Kegiatan pelatihan ini menjadi bukti bahwa transformasi digital membutuhkan sinergi berbagai pihak. MAFINDO, Pemkot Ambon, dan Pramuka sepakat bahwa AI bukan ancaman, melainkan alat pemberdayaan bagi dunia pendidikan.
“Kegiatan ini adalah langkah awal menuju masa depan pendidikan yang lebih adaptif. Kami berharap sinergi ini terus dijaga dan diperluas,” tutup Leikawa.
Dengan semakin kuatnya pemahaman AI di kalangan guru, Ambon diharapkan semakin siap mewujudkan pendidikan yang kreatif, efektif, dan humanis, serta mendukung terbangunnya masyarakat cakap digital sebagai fondasi Ambon Smart City. (JM–AL).

