JURNALMALUKU – Bupati Kepulauan Tanimbar, Ricky Jauwerissa, menerima sejumlah tokoh agama dari Gereja Protestan Maluku (GPM) dalam sebuah pertemuan di ruang kerjanya, Kamis (1/5/2025).
Pertemuan tersebut membahas langkah-langkah konkret untuk meredam konflik dan membangun kembali perdamaian antara Desa Kandar dan Desa Lingat di Kecamatan Selaru.
Dalam pertemuan khusus dengan Bupati Kepulauan Tanimbar, Pendeta Mario Lawalata, M.Th. menyampaikan sikap dan tanggung jawab moral Gereja dalam merawat perdamaian di tengah masyarakat yang terbelah oleh konflik.
“Kami sadar, sebagai gereja, kami tidak bisa diam. Tapi kami juga tidak bisa melangkah gegabah di tengah situasi yang masih panas dan warga yang sedang berduka. Tugas kami adalah menjaga umat tetap aman dan tenang,”ujar Lawalata.
Bagi Gereja, kata Lawalata yang juga Sekretaris Klasis GPM Tanimbar Selatan ini, kekerasan bukanlah jalan keluar. Meskipun ada korban jiwa dan harta, balas dendam hanya akan memperpanjang rantai luka.
Dirinya mengingatkan, bahwa di balik konflik ini, Kandar dan Lingat adalah dua desa bersaudara yang telah lama hidup berdampingan.
“Kalau kita membalas kekerasan dengan kekerasan, itu hanya akan melahirkan dendam. Padahal gereja bicara tentang kasih, tentang mengampuni, tentang membangun hidup yang damai, walaupun luka itu nyata,” tuturnya.
Lawalata menegaskan, bahwa Gereja GPM mendukung sepenuhnya langkah-langkah strategis yang diambil oleh pemerintah daerah, TNI, dan Polri. Menurutnya, upaya yang dilakukan oleh Bupati Ricky Jauwerissa adalah contoh keberpihakan pada perdamaian yang patut didukung semua elemen masyarakat.
“Kami siap bersinergi. Gereja tidak hanya mendoakan dari jauh, tapi kami juga akan turun dan mendampingi umat dalam proses penyembuhan sosial dan spiritual,” katanya.
Menanggapi hal itu, Bupati Ricky Jauwerissa menyampaikan, apresiasi atas dukungan Gereja dan menyerukan pentingnya menahan diri serta kembali kepada semangat persaudaraan sejati.
“Saya mengajak semua pihak untuk menahan diri. Kita harus bangkit dari duka ini dengan hati yang terbuka, karena tidak ada masa depan dalam kekerasan. Desa Kandar dan Lingat adalah rumah yang sama dalam keluarga besar Tanimbar,”tegas Bupati.
Bupati menambahkan, sinergi antara pemerintah, gereja, aparat keamanan, dan tokoh masyarakat adalah kunci utama dalam membangun kembali kepercayaan dan kedamaian yang hakiki.
“Konflik yang terjadi antara warga dua desa ini menjadi ujian berat bagi nilai-nilai hidup orang basudara yang selama ini menjadi fondasi sosial masyarakat Tanimbar. Namun, harapan akan damai tetap menyala, seiring langkah bersama antara pemerintah, gereja, dan aparat keamanan,”tutup Bupati.(JM.ES).