JURNALMALUKU – Pendemi Covid ini berpengaruh terhadap pendidikan di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), dan di era pandemi Covid ini tidak semuda membalik telapak tangan membangun pendidikan MBD.
Menurut Plt Kepala Dinas Pendidikan MBD, Drs F Lewier, kepada madia di ruang kerjanya, Selasa (21/10), wilayah MBD ini merupakan wilayah kepulauan. Jangkauan membenahi satuan-satuan pendidikan membutuhkan waktu, karena rentang kendali itu daerah kepulauan.
” Persoalan-persoalan yang dialami disatuan-satuan pendidikan memang tidak disangkali dan pasti ada. Tetapi Dinas pendidikan memaksimal untuk tidak berlarut-larut dalam berbagai persoalan, katakanlah kekurangan tenaga guru dan sarana prasarana tidak mendukung” ungkapnya.
“Kekurangan tenaga guru ini, Pemda telah berusaha dengan berbagai cara mengadakan guru kontrak daerah, guna menjawab kekurangan tenaga guru,”akuinya
” Kekurangan sarana prasarana menyangkut dengan internet. Di era pandemi Covid ini diharapkan pembelajaran disatuan pendidikan menggunakan metode daring.
Namun, disayangkan di MBD ini , merana di pusat Kabupaten saja jaringan tidak terlalu baik, apalagi di Kecamatan-Kecamatan yang tidak terjangkau dengan Internet,” ungakpnya
” Untuk itu, pergumulan Dinas Pendidikan, kedepannya kita bisa perbaiki dan kita berdoa muda-mudahan Covid ini cepat berlalu sehingga normalnya proses pembelajaran disatuan pendidikan dengan pembelajaran tatap muka disekolah,” ungkapnya
” Kita harus bersyukur Kabupaten MBD berada pada Zona Hijau sehingga kita tetap berada pada aturan-aturan, yakni yang pertama keputusan Mendikbud dan Keputusan bersama empat Menteri dalam rangka pembelajaran diera pandemi Covid,” ujarnya.
Bersyukur kepada Tuhan karena Tiakur ini berada pada Zona Hijau, dan kalau toh itu terjadi cuma ada di Tiakur saja, di Kecamatan-Kecamatan kan aman sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dan tetap menjaga protokol kesehatan.
“saya diprintahkan untuk turun memantau protokorel atau penggunaan atribut protokorel kesehatan, misalnya pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak. Tapi, rata-rata belajar tatap muka di MBD sudah berjalan,” ungkapnya
” Untuk itu, kepada Kepala-Kepala Sekolah agar kalau misalnya daya tampung dalam satu kelas itu 20 orang siswa, bisa dibuat 10 orang saja karena menjaga jarak, bisa juga dibuat Sip sehingga protokol kesehatan tetap berjalan,” pintanya
“Jadi memang proses belajar bila dibandingkan dengan Kabupaten lainya yang mungkin menggunakan pembelajaran yang gunakan metode daring,” jelasnya
” Kita di MBD gunakan metode luring (luar jaringan) yang teknisnya diatur oleh Kepsek disatuan-satuan pendidikan, belajar dari rumah ke rumah, datangi siswa guru siapkan modul saja di sekolah dan orang tuanya jemput lalu anaknya belajar di rumah. Kita membayangkan ketika itu terjadi kedepan, mau jadi apa kita punya generasi,” tuturnya
Lanjudnya, ada banyak hal ketika guru datangi siswa di rumah, yang terjadi disitu tidak adanya kesiapan orang tua, dimana ketika guru pergi ke rumah untuk melakukan proses pembelajaran, orang tua dan anak tidak siap. Dan pemahaman ortu bahwa proses itu terjadi bukan pembelajaran tetapi libur.
” Jadi untuk pengawasan. Perpanjagan tangan Dinas pendidikan adalah koordinator wilayah di Kecamatan yang tugasnya memantau di lapangan dan memberikan informasi kepada Dinas pendidikan. Tapi sampai hari ini normal-normal saja,” ungkapnya (***)