JURNALMALUKU – Genap sembilan dekade perjalanan Gereja Protestan Maluku (GPM) dirayakan jemaat Ebenhaezer Saumlaki, Klasis Tanimbar Selatan, dengan penuh syukur dan meriah. Perayaan yang menghadirkan lintas elemen masyarakat itu menjadi saksi bahwa GPM tetap menjadi pilar iman, persaudaraan, dan pembangunan sosial di bumi Duan Lolat.
Ibadah syukur, nyanyian rohani, hingga penampilan kreatif jemaat mewarnai jalannya acara. Kehadiran Bupati Kepulauan Tanimbar Ricky Jauwerissa, Wakil Bupati dr. Juliana Ch. Ratuanak, unsur Forkopimda, DPRD, tokoh lintas agama, AMGPM, hingga masyarakat umum memperlihatkan satu hal, GPM bukan hanya milik jemaatnya, tetapi juga bagian dari denyut nadi kehidupan sosial masyarakat Tanimbar.

Dalam sambutannya, Bupati Ricky Jauwerissa mengingatkan bahwa usia 90 tahun GPM adalah tonggak penting untuk merefleksikan perjalanan panjang gereja di tengah arus zaman. “GPM bukan hanya membina iman, tetapi juga membentuk karakter masyarakat, menguatkan solidaritas sosial, hingga ikut menopang pembangunan daerah. Kehadiran GPM selalu menjadi terang dan garam di tengah masyarakat,” ujar Jauwerissa di lapangan Tanimbar Raya, Sabtu (6/9/2025).
Ia juga mengajak jemaat untuk terus mendoakan bangsa dan negara, sembari berharap Sidang Sinode GPM yang akan berlangsung Oktober mendatang mampu melahirkan pemimpin yang takut akan Tuhan dan bijaksana menata pelayanan.
Nada yang sama disampaikan Sekretaris Klasis Tanimbar Selatan, Pdt. Mario Lawalata. Dalam pidatonya ia menegaskan bahwa 90 tahun perjalanan GPM adalah bukti anugerah Tuhan. “Tanpa Tuhan, gereja ini tidak berarti apa-apa. Dialah pemilik tunggal gereja ini. Roh Kuduslah yang menuntun, menggerakkan, dan memberi kekuatan hingga GPM tetap eksis menghadapi badai zaman,” ucapnya.

Tema yang diusung tahun ini, “Gereja yang Menabur, Bertumbuh, dan Berbuah karena Kasih Tuhan” (Markus 4:1–9), merefleksikan perjalanan panjang sejak benih Injil ditabur pada 1605 hingga GPM berdiri resmi pada 6 September 1935. Lawalata menegaskan, ke depan GPM di Tanimbar harus terus hadir sebagai “Gereja Orang Basudara” yang menumbuhkan persaudaraan tanpa sekat.
Ia bahkan menyoroti dua fokus penting menyongsong usia seabad GPM pada 2035 peningkatan spiritualitas jemaat menuju kedewasaan iman, dan pemberdayaan ekonomi jemaat melalui Gerakan Keluarga Menanam, Melaut, dan Memasarkan (GKM).
Perayaan semakin semarak dengan pemotongan tumpeng, pengumuman juara lomba kreasi gerak jalan TikTok dan karnaval, hingga penampilan TikTok dance yang atraktif. Tak ketinggalan, puji-pujian dari Solowis yang menggetarkan hati jemaat menutup malam penuh syukur itu.
Ketua Panitia Hari Besar Gerejawi (PHBG) Jemaat Ebenhaezer, Semuel J. O. Laiyan, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung perayaan ini. “Ini bukan hanya pesta ulang tahun gereja, tapi pesta iman dan persaudaraan. Karena itu, semua dukungan moril maupun materiiladalah bagian dari kesaksian bersama,” ungkapnya.
Dan ketika doa syukur terakhir dinaikkan, serta lantunan pujian menggema di langit Saumlaki, perayaan ini seakan menegaskan kembali panggilan GPM, menjadi gereja yang terus menabur, bertumbuh, dan berbuah karena kasih Tuhan.(JM.ES).