JURNALMALUKU-Negeri Hila Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) Provinsi Maluku masih mempunyai adat yang sangat kental bahkan banyak sejarah yang tersimpan rapih dan dirawat di negeri ini.
Negeri Hila terletak di pantai utara Pulau Ambon dan berjarak sekitar 37 km dari pusat kota Ambon.
Pada tahun 2022 Negeri Hila ditetapkan sebagai salah satu dari 50 desa wisata terbaik pada program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tahun 2022.
1. Masjid Tertua
Masjid ini juga dikenal sebagai Masjid Hasan Sulaiman, seorang ulama besar Hila abad ke-17. Terletak di desa Hila persis di tepi jalan raya.
Saya mengamati dari jauh sudah kelihatan karena bangunan yang terbuat dari kayu dan beratap senk dan dinding dicat berwarna kuning serta diberi lis hijau.
Masuk ke dalam Masjid Ulihalawang, tiang-tiang yang diberi nama Alif diberi kombinasi warna merah. Ukiran pada dinding, atas pintu dan lubang angin penuh minat. Mirip ukiran yang ada di rumah-rumah adat melayu kuno.
2. Benteng Amsterdam
Peninggalan sejarah berupa Benteng Amsterdam ini, dibangun oleh Gerrard Demmer pada tahun 1942. Awalnya merupakan gudang rempah pertama di Indonesia dan menjadi awal jalur rempah dimulai. Kemudian diperluas oleh Arnold De Vlaming Van Ouds Hoorn pada tahun 1949 hingga tahun 1656. Konstruksi bangunan benteng tersebut seperti sebuah bangunan rumah yang terdiri dari 3 lantai, maka oleh Belanda mereka menyebutnya Blok Huis.
3. Rumah Peninggalan Raja
Rumah Pusaka Lating Nustapy. Rumah ini sudah berdiri sejak 400 tahun lalu. Sejak jaman Potugis dan sukses melawati era penjajahan Belanda. Rumah ini merupakan salah satu saksi penyebaran agama Islam di Maluku.
Kesultanannya membawahi 16 negeri, dengan 4 soa ( suku). Sudah beberapa kali kali mengalami renovasi. Tahun lalu Atap Pamali ( atap rumah) dan kayu loteng baru saja di ganti karena sudah lapuk.
4. Bambu Gila
Di negeri Hila, Kabupaten Maluku Tengah permainan bambu gila sampai saat ini masih dilestarikan.
Biasanya bambu gila dimainkan untuk wisatawan yang berkunjung di negeri Hila.
Tentu saja permainan ini identik dengan mistis, yakni menggunakan mantera.
Di negeri Hila, Bapak Juaer yang menjadi pawang dari permainan tradisional ini dan sudah jadi warisan dari ayah dan kakek beliau.
Bapak Juaer menggunakan Jahe atau Halia (bahasa lokal) sebagai media untuk memasukkan mantera ke dalam bambu yang dipegang oleh 7 orang.Kemudian ada kemenyan yang berfungsi untuk menggerakkan bambu tersebut.
Ruas bambu yang digunakan harus terdiri dari 7 ruas dan dimainkan oleh 7 orang.Setelah sang pawang memasukkan mantera ke dalam bambu tersebut dan kemenyan dibakar kemudian menggerakkannya, maka permainan bambu gila dimulai.
5. Alquran Tertua
Al Quran tertua yang ditulis dengan tangan dan sudah berusia ratusan tahun. Al Quran tulisan tangan tertua di Maluku ditulis hampir 1.000 tahun lalu, berdasarkan perhitungan garis keturunan keluarga ke-14 yakni satu keturunan dihitung mencapai usia tujuh puluh tahun.
Negeri Hila ini memiliki beraneka ragam potensi wisata seperti wisata Budaya, Sejarah, Bahari, Alam/Buatan, Kuliner Lokal serta beberapa warisan budaya yang sampai saat ini masih dilestarikan seperti Cakalele, Bambu Gila, Al Qur’an Tertua, Masjid tertua di Maluku, Benteng Amsterdam peninggalan penjajahan, Rumah Tua tempat tinggal Raja yang hampir ratusan tahun.
Negeri Hila juga diketahui masuk dalam desa ternyaman walaupun tidak ada raja/kepala desa defenitif.
Negeri Hila ini juga kaya akan rempah-rempah seperti pala, cengkeh dan lain-lain. (JM.ES).