JURNALMALUKU- Wakil Bupati Kepulauan Tanimbar, Juliana Ch. Ratuanak menyampaikan apresiasi dan ajakan kepada seluruh masyarakat untuk terus melestarikan bahasa, seni, dan budaya leluhur sebagai identitas orang Tanimbar.
Hal itu, Wabup sampaikan dalam sambutannya pada acara lomba tari Tnabar Fanewa yang digelar dalam rangka menyongsong Hari Ulang Tahun ke-26 Kabupaten Kepulauan Tanimbar dengan tema “Bersatu Berdaulat Rakyat Sejahtera, Tanimbar Maju” berlangsung di Taman Kota Saumlaki, Selasa (23/9/2025).

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Bupati mengawali sambutannya dengan mengajak hadirin untuk memanjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Menurutnya, kasih dan penyertaan Tuhan memungkinkan masyarakat Tanimbar dapat bersama-sama merayakan momentum penting ini.
“Perjalanan waktu membawa banyak perubahan seiring dengan arus modernisasi. Namun, di tengah perubahan itu, ada hal-hal mendasar yang perlu terus kita pertahankan, yaitu identitas dan kearifan lokal kita. Karena itu, pada perayaan ulang tahun kali ini, kita berupaya memberikan kontribusi bukan hanya dalam bentuk gagasan, tetapi juga karya nyata berupa perlombaan dan pertunjukan seni budaya,” ujar Ratuanak.

Ia menegaskan, kekayaan budaya Tanimbar sangat berharga, mulai dari bahasa daerah, tenunan, hingga tari-tarian sakral peninggalan leluhur. Bahkan, meski Tanimbar hanya terdiri dari pulau-pulau kecil, terdapat keragaman bahasa yang luar biasa, yakni mencapai lima bahasa utama.
Sayangnya, lanjutnya, sebagian bahasa tersebut mulai tergerus. “Ada sebagian orang yang merasa gengsi atau malu menggunakan bahasa daerah. Inilah tantangan kita, bagaimana mempertahankan bahasa sebagai warisan identitas agar tidak hilang ditelan zaman,” tegasnya.
Selain bahasa, Ratuanak juga menyinggung kekayaan tenunan tradisional dengan ragam motif yang sarat makna. Ia mencontohkan motif Roman dari Bulumaru yang memiliki arti khusus dan menggambarkan pandangan leluhur terhadap kehidupan.
Hal serupa juga berlaku pada tarian tradisional. “Setiap tarian bukan sekadar hiburan, melainkan memiliki kekuatan sakral dan simbolik. Tari Tnabar Fanewa, misalnya, hanya ditampilkan dalam peristiwa adat besar. Dalam tarian ini tersirat makna kehadiran pemimpin tertinggi yang turut memberikan restu serta doa bagi masyarakatnya,” jelasnya.
Wakil Bupati menekankan bahwa semua kekayaan budaya ini merupakan pusaka yang harus dijaga bersama. Modernisasi boleh terus melaju, tetapi jati diri sebagai orang Tanimbar tidak boleh hilang. Karena itu, melalui kegiatan ini, ia mengajak generasi muda untuk terus bangga dan mewarisi kearifan lokal.
“Pemerintah daerah sangat mendukung untuk tetap tegaknya dan lestarinya budaya, bahasa, maupun adat istiadat. Kita berharap dukungan dari semua pihak agar jati diri anak-anak Tanimbar tetap hidup, bahkan dapat dikenal lebih luas, baik di tingkat Provinsi Maluku, nasional, hingga internasional,” tambahnya.
Di akhir sambutannya, Wakil Bupati menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh panitia, organisasi masyarakat, dan jajaran yang telah bekerja keras sejak perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan ini.
“Mari terus berkarya dan berkreasi, karena karya dan kreasi itu berasal dari ide-ide kreatif, dan ide-ide itu berasal dari Yang Kuasa,” pungkasnya.
Diketahui lomba tarian Tnabar Fanewa ini berlangsung dua hari diikuti oleh 10 Kecamatan.(JM.ES).