JURNALMALUKU – Gedung Serbaguna Pemda Maluku Barat Daya (MBD) pada Rabu (20/08/25) siang yang dipenuhi sorak-sorai dan tepuk tangan meriah. Suasana semakin hangat ketika Pentas Seni Tarian Tradisional Pulau Moa resmi dibuka, menghadirkan pesona budaya yang memikat hati dan menggugah rasa bangga sebagai anak negeri Maluku Barat Daya.

Kegiatan yang digagas oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten MBD ini menjadi momentum penting untuk menyalakan kembali semangat pelestarian budaya lokal. Para pelajar tampil penuh antusias membawakan tarian adat warisan leluhur, mulai dari Tari Yorwoi, Lelane, Welkey hingga Snyeklawne, yang disambut riuh tepuk tangan penonton.

Dalam sambutannya, Stefany Noach, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang hadir mewakili Kepala Dinas, menegaskan bahwa kebudayaan adalah identitas dan jati diri bangsa.

“Budaya bukan hanya peninggalan masa lalu, tetapi warisan hidup yang terus tumbuh dan berkembang, memberi arah perjalanan kita ke masa depan. Dengan budaya, kita saling mengenal, saling menghargai, dan memperkokoh fondasi pembangunan yang berkepribadian,” ungkapnya.

Stefany juga menambahkan, kegiatan ini merupakan bagian dari Aksi Perubahan Peserta PKP Angkatan ke II Tahun 2025 dengan judul Pembina Oke (Strategi Pengembangan Minat, Bakat Seni Tari Peserta Didik Lewat Kegiatan Ekstrakurikuler secara Optimal, Kolaborasi dan Efektif).

Melalui program ini, seni tari tradisional diharapkan dapat semakin hidup di sekolah-sekolah, menjadi ruang ekspresi sekaligus media pembelajaran bagi generasi muda.

Sementara itu, Wakil Bupati MBD, Agusthinus L. Kilikily, yang hadir membuka kegiatan, memberikan apresiasi tinggi. Ia menilai pentas seni ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga ajang pendidikan dan pelestarian budaya.
“Tarian daerah mengandung pesan persaudaraan, gotong royong, serta hubungan harmonis antara manusia dan alam. Inilah jati diri kita sebagai orang Maluku Barat Daya,” ucapnya.

Hadirin yang memenuhi gedung tampak larut dalam suasana penuh kebanggaan. Setiap hentakan kaki, gerakan tangan, dan alunan musik tradisional menghadirkan getaran emosional yang menyatukan generasi tua dan muda dalam satu ikatan budaya.
Pentas seni yang serupa juga akan dilaksanakan di Pulau Kisar nantinya dan ini diharapkan menjadi obor semangat bagi generasi muda untuk terus mencintai budaya leluhur, memperkuat persatuan, dan meneguhkan identitas Maluku Barat Daya di tengah derasnya arus globalisasi. (JM-EA)