JURNALMALUKU—Universitas Pattimura melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) terus memperkuat ekosistem inovasi kampus dalam pengembangan produk unggulan daerah.
Hal ini disampaikan oleh Ketua LPPM Unpatti, Dr. Estevanus K. Huliselan, M.Si, Saat di wawancara Awak Media di Ruanganya, Senin (17/11/2025), terkait pelaksanaan Expo Produk Unggulan Daerah yang menjadi rangkaian lanjutan dari Seminar Nasional pada 10 November lalu.
Huliselan menyebutkan bahwa Produk Unggulan Daerah merupakan salah satu dari 21 pusat studi di bawah LPPM Unpatti. Selain pusat studi tersebut, LPPM juga membawahi Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) yang mengawal perlindungan karya inovasi, serta Pusat Kajian Halal yang memastikan produk memenuhi standar keberterimaan pasar.
“Expo ini merupakan bagian dari arah kebijakan perguruan tinggi untuk mendorong peningkatan sosial-ekonomi masyarakat. Terdapat lima pilar utama yang kami fokuskan: pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, ketahanan energi, keberlanjutan sumber daya, dan hilirisasi komoditas,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa Unpatti kini mengikuti perubahan paradigma perguruan tinggi yang tidak hanya berorientasi akademik, tetapi juga dituntut menciptakan nilai ekonomi melalui inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan core Bina Mulia Kelautan, inovasi kampus diarahkan berbasis potensi kelautan dan sumber daya lokal Maluku.
“Perguruan tinggi tidak bisa lagi bergantung pada SPP mahasiswa. Inovasi dosen harus bernilai ekonomi, tidak hanya berhenti pada laporan penelitian. Produk unggulan harus mampu meningkatkan pendapatan institusi sekaligus memberi dampak bagi masyarakat,” tegasnya.
LPPM Unpatti kini menyiapkan program eksplorasi produk unggulan dalam skala lebih luas yang rencananya akan digelar tahun depan. Program tersebut dirancang untuk melibatkan UMKM dari Ambon dan daerah sekitarnya.
Huliselan menekankan bahwa kolaborasi perguruan tinggi dan UMKM akan lebih efektif jika pelaku usaha memiliki wadah atau organisasi resmi.
“Jika UMKM sudah memiliki organisasi yang menaungi mereka, LPPM siap melakukan kerja sama formal. Dengan begitu, perguruan tinggi dapat masuk memberi inovasi berbasis komoditas dan keunggulan spasial Maluku,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa idealisasi produk sangat diperlukan agar nilai jual UMKM meningkat melalui sentuhan riset dan teknologi kampus.
Sebagai langkah memperkuat hilirisasi riset, LPPM juga tengah mendorong pendirian Science Techno Park (STP) di lingkungan kampus. Huliselan menjelaskan bahwa STP menjadi jembatan antara inovasi perguruan tinggi dengan kebutuhan industri dan pasar.
“Produk unggulan harus mampu diterima pasar dan industri. Science Techno Park akan menjadi fasilitator akses pasar, modal, hingga investasi,” tuturnya.
FGD pendirian STP telah dilaksanakan, dan konsepnya akan mengikuti model hepta helix: perguruan tinggi, pemerintah, industri, dunia usaha, masyarakat, media, dan alumni.
Di akhir keterangannya, Huliselan menegaskan bahwa kebijakan LPPM saat ini tidak lagi hanya mengejar capaian publikasi akademik.
“Produk riset dosen harus masuk pasar, punya nilai ekonomis, dan bermanfaat bagi masyarakat. Unpatti hadir memayungi UMKM, menghubungkan mereka dengan pasar, pemerintah, BUMN, dan industri,” pungkasnya.
Dengan berbagai langkah strategis tersebut, Unpatti menargetkan inovasi kampus dapat menjadi penggerak peningkatan ekonomi masyarakat sekaligus memperkuat posisi produk unggulan Maluku di tingkat regional maupun nasional. (JM-AL).

