JURNALMALUKU – Polemik Pengganti Antar Waktu (PAW) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Maluku dari Partai Golkar, Aziz Mahulette, SH, telah memicu perdebatan sengit. Situasi ini semakin meruncing dengan munculnya kritik dari Suherman Ura yang mengatasnamakan Paguyuban Pemuda, Pelajar, dan Mahasiswa Leihitu “DPP Hetu Upu Ana”. Kritik tersebut, yang dinilai tidak mencerminkan sikap seorang anak adat (Upu Ana), telah menarik perhatian dan reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk Paguyuban Ikadarma Nusa Telu.
Ketua Bidang Organisasi Ikadarma Nusa Telu, Yasin Mahulauw, menegaskan bahwa langkah Hena Hetu adalah proses pengawalan yang dilakukan. Sikap Hena Hetu didasari atas Keputusan Rapat Kerja Nomor: 06/KPTS/RAKER/VII/2025 tanggal 11 Juli 2025 yang secara tegas merekomendasikan pengawalan terhadap proses PAW Bapak Aziz Mahulette sebagai anggota DPRD Maluku periode 2024-2029.
Selain Hasil keputusan Raker, Hena Hetu juga mendukung Pernyataan Dukungan yang dilakukan oleh Raja – Raja Jazirah Leihitu Sebelumnya, Artinya Pernyataan Saudara Suherman Ura itu secara langsung merendahkan sikap Hena Hetu Sama Halnya dengan merendahkan sikap Raja – Raja Jazirah. Tambah Mahulauw tegas
Mahulauw menegaskan, pernyataan Suherman Ura yang mengatasnamakan Ketua DPP HUA (Hetu Upu Ana) ini kemudian dipertanyakan Statusnya, sementara kepengurusan yang sah masih aktif dalam proses melaksanakan MUBES, serta kami juga pertanyaan keberadaanya sebagai anak adat.
“Kritik yang ditujukan kepada Hena Hetu, yang dihormati sebagai paguyuban adat Jazirah Leihitu, dianggap sangat tidak pantas dan memicu keraguan terhadap pemahaman Suherman Ura mengenai nilai-nilai adat. Muncul pertanyaan serius “Jangan sampai dia ini bukan anak adat,” tegas Yasin kepada media ini, Selasa (29/7/2025).
“Klaim sepihak dari saudara Suherman Ura sebagai Ketua DPP Hetu Upu Ana sendiri patut dipertanyakan, dan kami meminta kepengurusan DPP Hetu Upun Ana yang sah juga harus bertindak tegas soal hal ini”. Tutur Mahulauw
Mahulauw menjelaskan, Musyawarah Besar Luar Biasa (Mubeslub) baru saja diselenggarakan beberapa bulan lalu, oleh Saudara Suherman Ura Dkk, di mana Ikadarma Nusa Telu, sebagai organisasi Pemuda, Pelajar, dan Mahasiswa Negeri Assilulu yang sebelumnya memberikan dukungan kepada Suherman Ura, Namun belakangan kami merasa ditipu.
“Sebagai paguyuban Pemuda, Pelajar, dan Mahasiswa yang berhimpun dalam Hetu Upu Ana, Ikadarma Nusa Telu menyatakan penarikan dukungan dan mengutuk keras pernyataan Suherman Ura,”kata Mahulauw.
Sikap Suherman Ura yang mengkritik para sesepuh di Hena Hetu dianggap “makin bikin orang tatawa katong” (membuat orang menertawakan kita), menunjukkan rasa malu dan kekecewaan mendalam dari Ikadarma Nusa Telu.
“Pentingnya menjaga harmoni antara lembaga formal dan kearifan lokal menjadi krusial, terutama di tengah masyarakat yang menjunjung tinggi tradisi dan kekerabatan adat”. Cetus Mahulauw
Mahulauw menambahkan, kontroversi ini diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih bijak dalam menyikapi isu-isu yang melibatkan adat dan politik. Penghormatan terhadap Paguyuban adat dan para sesepuh adalah fondasi penting dalam menjaga tatanan sosial.
Kami juga meminta untuk raja – raja bersikap atas pernyataan yang dilontarkan oleh Suherman, karena pernyataan yang terburu-buru tidak mencerminkan pemahaman adat telah merusak citra dan komitmen raja raja dimata publik dan dapat memicu perpecahan serta merusak citra individu maupun organisasi. Kata Mahulauw dengan nada serius,
Tak terlepas dari polemik PAW sebagai bagian dari anak Negeri, proses PAW Bapak Aziz Mahulette akan terus kami awasi, tanpa mencampuri urusan internal Partai Golkar, dengan harapan dapat diselesaikan secara adil dan sesuai dengan mekanisme Undang-Undang yang berlaku, tanpa mengabaikan hak konstitusi dan suara rakyat. Tutup Mahulauw.(JM.ES).