“Bermimpilah besar karena kau punya Tuhan yang besar”.
Prinsip ini membawa seorang perempuan dari Kabupaten Kepulauan Aru untuk bermimpi bahwa suatu hari nanti dia akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di salah satu perguruan tinggi utama dunia, Columbia University di Amerika Serikat.
Thien Vilandry Lestary Miru atau akrab disapa Lestary sudah memulai mimpi besar melanjutkan study S2 ke luar negeri sejak tahun 2009, setelah lulus sebagai Sarjana Hukum dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Hanya saja saat itu mimpi ini tidak ditunjang dengan dukungan orang tua yang lebih menginginkan anak pertama dari tiga bersaudara ini untuk pulang kampung dan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sempat menguburkan mimpi pribadinya untuk sudah harus bisa menyandang gelar Doktor di usia ke 25 tahun, Lestary akhirnya mengikuti seleksi PNS dan bekerja di Kementerian Agama Kabupaten Kepulauan Aru sewaktu baru menginjak usia 20 tahun. Semangat belajarnya selalu menggelisahkan diri untuk harus bisa bersekolah lagi, hanya saja ia harus menahan sebentar niat baik tersebut selama 12 tahun. Lebih dari satu dekade pengabdian sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat, ia akhirnya mendapat kesempatan mengikuti seleksi beasiswa Kementerian Keuangan RI atau yang santer dikenal public dengan sebutan Beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Surat ijin dan rekomendasi dari atasan saat itu, Drs. H. Ismail Rumfot, merupakan dasar perjalanan Tary di LPDP pada Juli 2021.
Semester kedua di tahun 2021 merupakan masa-masa menegangkan, berat, melelahkan dan mengharukan buat Lestary. Pasalnya pada saat itu selain mempersiapkan diri dengan pendaftaran dan seleksi Beasiswa LPDP, dia tengah aktif dalam pergerakan masyarakat adat dalam Gerakan Save Marafenfen, juga sedang mendapat beasiswa 3 bulan kursus persiapan IELTS yang merupakan standar kemahiran berbahasa Inggris sebagai syarat masuk perguruan tinggi di Luar Negeri. Kursus Bernama English Learning Training Assistant (ELTA) ini berada di bawah naungan Australia Awards Indonesia. Di penghujung tahun 2021, tepatnya tanggal 6 Desember, perjuangan, kerja keras, energi, dan air mata pada akhirnya berbuah manis dengan keputusan LPDP yang meloloskannya sebagai salah satu awardee atau penerima beasiswa bergengsi ini. Dengan pendanaan penuh dari LPDP, anak kampung ini tidak lagi khawatir untuk mewujudkan mimpinya berkuliah di salah satu perguruan tinggi terbaik dunia.
Hanya saja tidak pernah ada proses instan untuk sesuatu yang baik. Jalan berliku harus ditempuh Lestary. Ia pun harus menangis dan patah hati ketika ditolak oleh kampus tujuan utamanya Columbia University pada Maret 2022. Namun tak pernah ada kata menyerah dalam kamus seorang single parent dengan dua anak perempuan ini. Dengan dukungan penuh dari kedua orang tua, anak-anak, saudara dan sahabatnya, ia mengambil masa-masa tenang, seolah mundur sejenak dan mengatur kembali rencana untuk melesat menuju mimpinya. Setelah hampir setahun lamanya mencoba berdamai dengan penolakan yang sempat membuat dia merasa tidak layak diterima di kampus-kampus ternama dunia, akhirnya Lestary memutuskan untuk berani mendaftar ke beberapa kampus di Amerika dan Australia.
Saat mendapat kesempatan kedua dari LPDP untuk belajar Bahasa Inggris (IELTS) dalam program Pengayaan Bahasa (PB) di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta selama tiga bulan, setelah sebelumnya enam bulan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Lestary memaksimalkan dirinya untuk menyiapkan dokumen pendukung, membuat resume dan essay-essay yang diperlukan untuk pendaftarannya di kampus-kampus dunia. Ia pun mendapatkan rekomendasi dari Prof. Dr. Slamet Hartanto (Dekan Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya), Muhammad Hanafi Rumatiga, S.Ag, M.Pd (Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Kep. Aru) dan dr. Johan Gonga (Bupati Kepulauan Aru). Perjuangan ini tidak dilakukannya sendiri, ia aktif bertanya kesana kemari, meminta bantuan, dan mengikuti webinar ina inu. Ia mendoakan apa yang dikerjakannya, dan mengerjakan apa yang didoakannya. Pada akhirnya perempuan berdarah Luang, Maluku Barat Daya ini secara resmi diterima secara berturut-turut di lima kampus terbaik, yakni: University of Melbourne, University of Queensland, Australia National University, Columbia University dan Boston University.
Lestary berharap bahwa apa yang ia capai saat ini bisa menjadi satu pembuktian bagi pemuda Aru maupun pemuda Maluku juga mampu mewujudkan mimpi masing-masing. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha. Selain itu LPDP memberikan ruang dan kesempatan emas bagi pemuda daerah 3T di Indonesia untuk bisa mengenyam pendidikan di jenjang magister dan doktoral dengan pendanaan penuh. Sekarang bersekolah di universitas ternama dunia bukan lagi mimpi.