JURNALMALUKU—Kondisi Pasar Rakyat Wonreli–Yotowawa–Daisuli di Pulau Kisar kembali mendapat sorotan setelah tokoh masyarakat Kisar, Roby Haltere, menyampaikan kekhawatirannya terkait kerusakan sejumlah fasilitas. Melalui wawancara via WhatsApp, Rabu (26/11/2025), Roby menilai pasar yang menjadi pusat aktivitas ekonomi masyarakat itu kini berada dalam kondisi memprihatinkan.
Roby menjelaskan bahwa bagian atap dan plafon lantai II mengalami kerusakan cukup parah sehingga mengganggu kenyamanan pengguna pasar. Selain itu, desain akses menuju lantai II dinilai sangat berisiko dan membahayakan keselamatan pengunjung maupun pedagang.
“Harus ada perhatian serius dari pemerintah untuk Pasar Yotowawa. Kerusakan-kerusakan itu harus segera diperbaiki. Dan yang paling penting adalah desain tangganya. Itu sangat rawan,” ujarnya.
Menurutnya, kondisi tangga yang curam dan tidak memiliki struktur pengaman memadai membuat para pedagang lantai II terpaksa mengumpulkan uang sendiri untuk membeli pipa dan melakukan pengelasan sebagai pegangan darurat.
“Waktu itu pedagang di lantai II kumpul uang untuk beli pipa lalu las sebagai pegangan. Tapi tetap saja banyak orang takut naik ke atas,” jelas Haltere.

Akibatnya, lantai II praktis tidak berfungsi. Pengunjung hampir tidak pernah mengakses area tersebut, sehingga para pedagang yang ditempatkan di lantai atas merugi dan memilih menghentikan aktivitas jual beli. Tidak berfungsinya area atas ini menyebabkan seluruh perdagangan menumpuk di lantai I.
Penumpukan pedagang dan pengunjung di lantai bawah membuat suasana pasar menjadi sempit, tidak tertata, dan kurang nyaman. Roby menilai hal ini menunjukkan perlunya evaluasi serius dari pemerintah terkait pemanfaatan fasilitas yang telah dibangun.
Ia juga menyoroti area parkir yang cukup luas namun tidak dikelola secara optimal. Menurutnya, ruang tersebut dapat dimanfaatkan untuk pedagang hasil bumi lokal seperti kelapa, kasbi, sopi, dan produk tradisional lainnya.
“Area parkir itu bisa ditata untuk penjual hasil bumi. Jangan dibiarkan kosong. Pemerintah harus kreatif melihat potensi yang ada,” katanya.
Roby menegaskan bahwa persoalan Pasar Yotowawa bukan sekadar masalah teknis, melainkan menyangkut denyut perekonomian ratusan warga di Pulau Kisar. Ia meminta pemerintah segera turun tangan memperbaiki fasilitas dan menata kembali pasar agar dapat berfungsi sesuai peruntukannya.
“Pasar ini pusat ekonomi masyarakat. Masalahnya kompleks. Kami minta intervensi pemerintah terhadap permasalahan ini. Sudah waktunya Pasar Rakyat Yotowawa direhabilitasi, terutama pada area lantai duanya,” tegasnya.
Ia kembali mengingatkan bahwa pembiaran terhadap kerusakan fasilitas dan desain yang membahayakan hanya akan memperburuk kondisi ekonomi masyarakat yang bergantung pada aktivitas pasar. Warga kini menunggu langkah konkret pemerintah—mulai dari perbaikan tangga, pemulihan fasilitas, hingga penataan ulang lapak pedagang.
“Kondisi pasar Yotowawa terutama di lantai dua tidak boleh lagi dibiarkan. Pemerintah harus segera bertindak,” tutup Roby Haltere. (JM–AL).

