JURNALMALUKU– Masih terlalu dini jika harus bicara soal Politika tahun 2024 mendatang, namun telah bermunculan sejumlah nama yang merupakan kandidat kuat yang berpotensi bertarung di ajang Lima Tahunan tersebut sebagai Kepala Daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) 2024 nanti.
Selain petahana mantan Bupati KKT Petrus Fatlolon, nama-nama populer seperti mantan Kapolres KKT Adolof Bormasa, Waketum DPP Kosgoro 1957 Dharma Oratmangun, mantan Wakil Bupati Lukas Uwuratuw dan Agustinus Utuwally, mantan Sekda Piterson Rangkoratat, hingga Srikandi Perempuan Tanimbar yang juga duduk di kursi DPRD kabupaten sebagai Ketua Komisi B Apollonia Laratmase dan Ketua Komisi A DPRD FRENGKY LIMBER, anggota DPRD Provinsi Eky Sairdekut, juga digadang bakal masuk dalam bursa Pilbub 2024.
Selain itu, jangan lupakan kandidat dari kaum milenial yakni mantan Ketua DPRD KKT dan masih anggota DPRD aktif Jaflaun Omans Batlayeri, Wakil Ketua II DPRD KKT Ricky Jauwerisa dan anak mantan Bupati Pieter Temmar diprediksi bakal bersaing ketat dalam bursa pencalonan nanti.
Lantas terkait Pilkada di Tanimbar 2024 mendapat tanggapan dari Pengamat Politik di Bumi Duan Lolat Olivier Srue, mengatakan kalau semua putra/putri terbaik Tanimbar miliki peluang yang sama tuk merebut Kursi nomor 1 dan 2 KKT. Bicara tentang Petahana, menurut dia harus memaknai kata petahana itu sendiri (bahasa Inggris: incumbent), berasal dari kata “tahana”, yang berarti kedudukan, kebesaran, atau kemuliaan dalam politik. Kemudian KBBI Daring versi Pusat Bahasa Depdiknas RI, tidak ada kata petahana. Yang ada kata “tahana” yang bermakna “kedudukan, martabat (kebesaran, kemuliaan, dan sebagainya)”. Dalam kata kerja, maka muncul kata “bertahana” yang memiliki arti “bersemayam; duduk”.
Karena itu, hemat dia yang juga merupakan Wakil Rektor I Universitas Lelemuku Saumlaki (Unlessa), bahwa yang akan maju bertanding pada pilkada 2024 nanti sudah tidak ada petahana lagi. Dimana semua akan bertanding bebas dan semua orang punya peluang, tergantung bagaimana mampu memikat hati rakyat dengan program kerakyatan yang akan diimplementasikan saat terpilih.
Menurut Srue, ada tiga hal penting yang bisa dijadikan dasar merebut hati rakyat yaitu mampu merumuskan program peningkatan kesejahteraan rakyat agar keluar dari predikat kemiskinan ekstrim.
Kedua harus mampu melakukan tindakan blusukan ke masyarakat (blusukan ala Jokowi). Serta mengidentifikasi secara baik setiap karakter pemilih masyarakat KKT.
“Saat ini Rakyat butuhkan bukti, atau kerja nyata yang menyentuh langsung ke rakyat bukan janji-janji kosong. Untuk itu baik petahana ataupun penantang wajib merebut hati rakyat dengan reputasi dan prestasi. Serta buat dedikasi sebanyak-banyaknya biar dari sana figur itu akan dikenal publik. Karena menggunakan kekuatan uang untuk menyogok suara pemilih, dibeberapa tempat di Tanimbar tidak lagi mempan,” tandas dia, Jumat (30/9).
Di Pilkada Tanimbar 2024 mendatang ini, petahana dipastikan akan kembali bertarung mempertahankan posisi kekuasaannya. Terpilih kembali atau tidak, tergantung kinerja saat lima tahun menjabat.
“Kalau ditanya petahana masih dinilai kuat atau tidak? Bagi saya semua orang punya peluang yang sama, saat ini tidak bisa seseorang mengklaim bahwa dia kuat, politik itu dinamis bisa berubah, sehingga bagi saya semua punya potensi yang sama. Saat ini Rakyat Tanimbar sudah punya pikiran yang berkembang, semua ikut perkembangan jadi masyarakat tidak bisa dibodohi lagi, semua orang sudah tahu siapa calon pemimpin yang akan mensejahterakan masyarakat KKT. Kita semua punya tangungjawab pada negeri ini, termasuk partai politik untuk jangan lagi calonkan orang yang tidak mampu membawa perubahan signifikan untuk Tanimbar. Jangan gadaikan lima tahun lagi kesusahan untuk rakyat dan negeri ini,” tandas Srue.
Bagi dia, sederhana saja jika membaca konstalasi politik di satu wilayah. Jika petahana utamanya dinilai kuat, akan sedikit calon penantang bermunculan. Begitupun sebaliknya, jika sang Bupati dinilai lemah, akan banyak calon penantang bermunculan.
Namun, Dia menegaskan jika hipotesa tersebut mesti dikuatkan secara kuantitatif. Memastikan secara data, jika petahana di Tanimbar mayoritas publik masih menginginkan ia kembali memimpin atau tidak.
Dikaitkan dengan kondisi KKT lima tahun terakhir ini, menurut hemat dia, secara presentasi rakyat lagi mengalami kesusahan, banyak keluhan dimana-mana. Persoalan sosial kemasyarakatan di Tanimbar terus bermunculan pada media-media sosial dan menjadi tema diskusi sehari-hari. Tidak bisa menutup mata dan telinga bahwa saat ini menjadi keprihatinan bersama yaitu Tanimbar mendapatkan predikat atau peringkat 1 Kemiskinan Ekstrim. Belum lagi pasca tiga bulan diletakan jabatan bupati defenitif ke penjabat bupati, fakta bahwa kondisi keuangan daerah mengalami defisit hingga angka ratusan milyar.
“Semua orang jadi bertanya, kenapa KKT ada dalam posisi kritis seperti ini? Pertanyaan ini yang mesti menjadi tugas bakal calon yang nantinya di usung untuk maju bertanding dalam pilkada 2024 nanti. Jika nilai kepuasan dan keberhasilan rendah ditambah lagi mayoritas publik tak menginginkan kembali sang petahana. Tentu menjadi peluang emas bagi para penantang,” tandas Srue akhiri wawancara. (JM/AM)