Sebagai anak-anak bumi Selatan Daya yang saat ini terotonomi dengan sebutan Kabupaten MBD, kita pastinya akrab dengan salam KALWEDO yang secara sadar atau tidak, bahwa ternyata semboyan dan sapaan KALWEDO ini lalu secara kultur mengikat semua masyarakat dari ujung Kepulauan Babar sampai ujung kepulauan Terselatan. Semboyan KALWEDO yang awalnya hanyalah kata di pakai untuk membuka segala ritualitas adat-budaya ternyata memiliki tempat di hati masyarakat dan saat ini semboyan ini lalu di terima oleh seluruh lapisan masyarakat.
* KALWEDO sebagai semboyan dan sapaan yang menyatukan.
1. Sebagai Logo dan semboyan resmi pemerintah dan wilayah daerah Kabupaten Maluku Barat Daya, di sini menunjukan bahwa semboyan KALWEDO adalah milik seluruh rakyat dan wilayah di MBD, sehingga keetisan penggunaannya untuk melebeli pasangan dan tim sukses tertentu terasa sangat tidak elok dan logis.
2. Penggunaan kata KALWEDO untuk membuka percakapan sehari-hari dalam pergaulan antara sesama anak negeri yang berbeda secara geologis dalam lintas kepulauan di MBD:
Di contohkan semisal pemuda dari Kisar lalu menyapa pemudi dari Leti yang bila kita lihat bahwa dalam tradisi masyarakat di pulau Kisar sendiri, penggunaan kata KALWEDO sepertinya tak pernah di gunakan dalam tata bahasa masyrakat di pulau kisar, berbeda dengan masyarakat di pulau Leti yang mana penggunaan kata Kalwedo seringnya hanya di pakai untuk menandai kebersamaan, namun dengan hadirnya KALWEDO sebagai slogan pemersatu daerah maka sapaan yang di gunakan adalah KALWEDO, sapaan digunakan untuk menengahi kekakuan akibat tradisi dari tata budaya yang tidak sama antar kepulauan di kabupaten MBD.
3. Menjadi sapan yang di gunakan untuk membuka kegiatan sakral dari hajatan adat yang mana di dalam hajatan tersebut terdapat perbedaan kultur yang terjadi dari perkawinan antar komunitas masyarakat pun juga perkawinan masyarakat antar gugus kepulauan:
a. Prosesi adat peminangan mempelai untuk prosesi perkawinan, semisal bila terjadinya perkawinan antara keluarga dari masyarakat Wetar dan keluarga dari masyarakat Babar. Sudah pasti dengan adanya perbedaan kultur adat dan budaya juga tata bahasanya lalu menjadi kekakuan untuk membuka percakapan dari prosesi peminangan itu sendiri, di sinilah kata KALWEDO yang saat ini adalah semboyan dari kabupaten MBD ini lalu hadir sebagai kata pembuka pembicaraan yang mampu menjembatani awal percakapan antara dua keluarga yang berbeda secara gugus kepulauan, komunitas, kultur budaya, dan juga di dalam tata bahasa.
b. Saat prosesi kematian, misalkan seorang suadara kita yang latar belakang perkawinan orang tuanya berbeda secara gugus kepulauan, komunitas, kultur budaya dan juga di dalam tata bahasanya ini pastinya akan tetap sama dimana terjadi kekakuan dari akibat perbedaan tersebut namun di sinilah kembali bahwasannya kata KALWEDO lalu menjadi pembuka awal sapaan dari prosesi adat di maksud.
4. Menjadi sapaan resmi penyambutan tamu dari luar kabupaten MBD, Seringnya saya mendengar penggunaan sapaan KALWEDO dalam seremoni penyambutan dan yang membuat saya tersenyum adalah tak kurang para tamu undangan juga membalas sapaan salam kita dengan berucap KALWEDO kembali kepada kita.
5. Menjadi sapaan resmi jenjang, lintas lembaga dan birokrasi di Kabupaten MBD Saat ini yang di mulai dan di bumikan setelah pemekaran bumi Selatan daya di Tahun 2008.
(Bahkan sepertinya sapaan KALWEDO sudah di gunakan sebelum pemekaran di maksudkan diatas).
6. Menjadi sapaan pembuka dalam tata ibadah Gereja Protestan Maluku, dalam setiap ibadah-ibadah rutin pula ibadah mingguan di Bumi Selatan Daya saat ini, jadi bayangkan bila penggunaan KALWEDO itu di pakai sebagai jargon politik lalu akhirnya warga gereja menghindari penggunaan kata tersebut demi untuk tidak di nilai bertendensi kepada pasangan calon yang menggunakan semboyan KALWEDO.
7. Tanpa kita masyarakat MBD sadari, namun ternyata Kata KALWEDO telah menjadi semboyan pemersatu masyarakat Kabupaten MBD, ternyata telah memiliki pengakuan dan tempat di hati kita saat ini.
* Menolak penggunaan semboyan dan sapaan KALWEDO untuk di gunakan sebagai jargon politik.
Berdasar pada beberapa alasan di atas, saya merasa bahwa penggunaan kata KALWEDO sebagai jargon salah satu pasangan calon dalam proses Pilkada di Kabupaten MBD secara sadar atau tidaknya dapat mengerdilkan kebesaran dari semboyan dan sapaan KALWEDO kita bersama saat ini.
Penggunaan kata KALWEDO sebagai jargon salah satu pasangan calon juga, dapat menyebabkan kerancuan dalam penggunaan tata bahasa yang mungkin saja akan di hindari oleh publik karena tidak ingin di nilai memihak dalam proses politik demokratisasi lokal di bumi Selatan daya.
Sekiranya hal ini dapat di lihat dan di cermati bersama oleh kita semua rakyat bumi Mede Melai Patar Luona, bahwa ketidak etisan penggunaan semboyan KALWEDO sebagai jargon politik pasangan calon, dapat menyebabkan disharmonisasi dalam komunikasi kehidupan bermasyakat dalam memasuki event demokrasi di Kabupaten MBD.
KALWEDO adalah milik kita semua anak cucu, orang basudara Kabupaten Maluku Barat Daya, untuk itulah saya merasa tidak etis dan menentang bila penggunaan semboyan KALWEDO di pakai hanya untuk melabeli orang-orang tertentu, tim sukses dan atau juga pasangan calon tertentu dalam event politik di Kabupaten MBD.(**)
Penulis: Raendra R H. Manaha, S.Th